Saturday, November 28, 2009

Menakar Kebutuhan Air




Koran Tempo, 01 Desember 2008

Spanduk itu menunjukkan dengan jelas bahwa di tenda sederhana itu terbaring beberapa mahasiswa yang melakukan aksi mogok makan. Alasannya beragam, salah satunya yang pernah mencuat adalah kenaikan harga BBM.

Tapi, mestipun mogok makan, gerakan kelompok anak itu tak dibarengi mogok minum. Rupanya mereka sadar betul tentang dampak buruk jika tubuh kekurangan air. Secara medis, memang manusia lebih tahan tidak makan ketimbang tidak minum. Seseorang hanya kuat hidup satu minggu tanpa air.

Kisah perang dunia II membenarkan teori tersebut. Kala itu, ada tentara angkatan laut Amerika yang mampu bertahan selama tiga bulan di laut lepas dengan rakit tanpa makan. “Dia hanya minum dari cadangan air, setelah kapalnya kandas karena ditembak militer Jerman,” tutur konsultan ginjal hipertensi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr Imam Effendi, dalam seminar bertajuk “Air untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kualitas Kehidupan” di Bogor baru-baru ini.

Menurut Imam, peran air tak sesederhana sebagai penghilang dahaga. H2O sangat fungsional untuk menjaga metabolisme tubuh. Jika tubuh kekurangan air, sirkulasi oksigen ke seluruh sel tubuh terhambat dan fatal bagi kesehatan. Adapun kekurangan air terjadi karena masukan dan pengeluaran air yang tidak berimbang. Pengeluaran air tubuh terjadi melalui urine, feses, keringat, dan pernapasan.

Profesor Hardinsyah, Ketua Umum Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia, mengatakan pendarahan berlebihan saat menstruasi atau melahirkan, diare, demam, dan keringat juga menjadi faktor pengeluaran air dari tubuh.

Lazimnya, seorang remaja dan dewasa setiap harinya membutuhkan enam hingga delapan gelas air. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan air tubuh diperoleh sekitar 70 persen dari minuman, sisanya dari makanan. Ketika masih muda, hormon bekerja dengan baik dan fungsi organ pun sempurna. “Jadi saat umur 20-an tidak mengapa minum tiga liter air,” kata Imam. Tapi kalau sudah usia 70-an ke atas, sangat tidak dianjurkan. “Yang uzur cukup 1 sampai 1,5 liter saja,” ia menambahkan.

Penelitian Hardinsyah mengenai kebiasaan minum remaja dan dewasa di Bandung dan Jakarta Utara baru-baru ini mencatat bahwa 51,2 persen remaja memiliki pengetahuan rendah tentang pentingnya air minum, sedangkan orang dewasa 26,3 persen. Lalu, sekitar separuh keluarga (45,3 persen) bermasalah dalam pemenuhan kebutuhan air minum.

“Kadang tidak disadari bahwa di daerah tropis pengeluaran keringat akan lebih banyak, dan input air juga mesti seimbang,” ujarnya.

Sebagian masyarakat belum menyadari bahwa kandungan air, kata peneliti Danone asal Prancis, Liliana Jimenez, mengandung mineral silika yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang, jaringan ikat, dan kulit. Lalu, air itu mendorong alumunium atau racun ke luar tubuh. “Mineral silika lebih banyak terkandung di air pegunungan dibanding yang ada di bawah tanah,” paparnya.

Di Venezuela, air sudah masuk ke dalam piramida gizi seimbang. Pada susunannya, air minum diletakkan di basis piramida. Sedangkan kelompok karbohidrat, seperti nasi, mi, pasta, dan roti, diletakkan di atasnya. “Untuk piramida orang tua, delapan gelas menjadi basis dari susunan gizi seimbang,” ujar Dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Profesor Soekirman.

Minuman berkarbonasi, minuman ringan, dan suplemen air beroksigen tetap tidak bisa menggantikan air putih. “Pengaruh oksigen di air tidak mempengaruhi apa-apa. Jika Anda buka tutup botolnya, maka oksigen akan keluar,” kata Liliana. Begitu pula suplemen air yang mengandung elektrolit yang dapat merusak ginjal bila pemakaian tidak semestinya.

Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam menjaga keseimbangan air. Saat tubuh kekurangan air, maka akan terjadi dehidrasi, dan bila tubuh mengasup air berlebih maka terjadi sindrom kelebihan air. Jika dua ginjal dalam tubuh tidak dapat mengompensasi air, hal itu dapat menimbulkan penyakit hati, mulai dari jantung hingga otak. Dua ginjal mampu menyaring air hingga satu drum atau sekitar 200 liter, masing-masing 100 liter.

Pada akhirnya, air adalah politik, budaya, keamanan, dan ideologi sebuah bangsa. Air bersih juga menyangkut persoalan hidup ratusan juta manusia di Indonesia. Ketersediaan air dalam jumlah cukup dan kualitas baik tentu berbanding lurus dengan tingkat gizi masyarakat. Ke depan, diperlukan semangat konservasi air dari operator dan regulator guna memenuhi kebutuhan anak cucu terhadap air bersih di masa mendatang. HERU TRIYONO

Dampak Kurang Minum

1. Dehidrasi ringan: haus, bibir kering, tenggorokan kering, kulit kering, sakit kepala.

2. Dehidrasi sedang: pusing, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, lemah, urine kental, dan volume urine sedikit.

3. Dehidrasi berat: Keram otot, lidah bengkak, sirkulasi darah memburuk, sangat lemah, penurunan fungsi ginjal, dan pingsan

No comments:

Post a Comment